Politica News – Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali memuncak dengan klaim mengejutkan dari Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, pada Minggu (21/12). Anutin menyatakan bahwa pasukan militer negaranya kini telah menguasai hampir seluruh area target, berhasil mendesak mundur pasukan Kamboja, dan kini menjaga ketat wilayah tersebut untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Pernyataan ini menjadi sorotan di tengah upaya diplomatik dan realitas kemanusiaan yang memilukan di lapangan.
Dalam wawancara eksklusif dengan media Thailand di Provinsi Surin, PM Anutin menegaskan bahwa ia telah menginstruksikan Kementerian Luar Negeri untuk secara lugas mengklarifikasi posisi Thailand dalam pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN yang dijadwalkan pada Senin (22/12). Dengan nada tegas, Anutin menekankan bahwa Thailand tidak pernah melanggar perjanjian internasional apa pun dan tidak bertindak sebagai pihak penyerang. Sebaliknya, semua tindakan yang diambil semata-mata demi menjaga kedaulatan dan keamanan nasional. Ia menambahkan, Bangkok secara konsisten mematuhi prinsip-prinsip hukum internasional dan berupaya keras mengendalikan situasi tanpa memperkeruh konflik.

Namun, di balik klaim kemenangan militer dan manuver diplomatik, realitas di lapangan menyisakan duka mendalam. Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri, dalam konferensi pers Minggu, mengungkapkan bahwa putaran terbaru konflik ini telah merenggut nyawa 34 warga sipil Thailand. Angka ini menjadi pengingat pahit akan harga yang harus dibayar oleh masyarakat di zona konflik. Meskipun intensitas bentrokan perbatasan dilaporkan mulai menurun, memungkinkan beberapa penduduk untuk kembali ke rumah dan mengurangi jumlah tempat penampungan, ketegangan masih jauh dari usai.

Related Post
Laporan dari politicanews.id dan media Thailand lainnya mengindikasikan bahwa pasukan Kamboja masih terus melancarkan tembakan di daerah perbatasan Provinsi Sa Kaeo hingga Minggu sore waktu setempat. Situasi ini memaksa pihak berwenang di Distrik Aranyaprathet untuk mengeluarkan pemberitahuan darurat, mendesak penduduk agar segera pindah ke daerah yang lebih aman. Lebih lanjut, insiden tragis juga terjadi di Provinsi Trat, di mana seorang prajurit marinir Thailand terluka setelah menginjak ranjau darat saat menjalankan misi di daerah Ban Nong Ri. Juru bicara Angkatan Laut Thailand menegaskan bahwa penggunaan ranjau darat oleh pihak Kamboja di wilayah tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional, menambah daftar panjang kekhawatiran kemanusiaan.
Dengan situasi yang masih sangat dinamis, Thailand terus berupaya menyeimbangkan antara pertahanan kedaulatan dan komitmen terhadap resolusi damai. Klaim dominasi militer di satu sisi, dan korban sipil serta pelanggaran hukum internasional di sisi lain, melukiskan gambaran kompleks dari konflik perbatasan yang tak kunjung usai ini. Dunia menanti langkah selanjutnya dari kedua negara dan peran ASEAN dalam meredakan ketegangan yang berpotensi mengganggu stabilitas regional.










Tinggalkan komentar