Politica News – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), melalui Direktur Kelembagaan Mukhamad Najib, melontarkan sebuah seruan strategis yang berpotensi mengubah lanskap pendidikan tinggi nasional. Ia mendesak seluruh perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia untuk merangkul kolaborasi erat dengan perguruan tinggi negeri (PTN), bukan sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra vital dalam mendongkrak Angka Partisipasi Kasar (APK) kuliah Indonesia yang masih jauh dari harapan. Ini bukan sekadar ajakan, melainkan sebuah visi untuk masa depan generasi muda bangsa.
Realitas pahit menunjukkan bahwa APK kuliah Indonesia saat ini baru menyentuh angka 32 persen. Sebuah capaian yang memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand yang telah melaju lebih pesat. Najib menyoroti celah besar ini sebagai peluang emas: "Kita masih punya potensi kolaborasi antara PTN dan PTS untuk bersinergi secara masif dalam meningkatkan APK. Dari 12 juta lulusan SMA, hanya 8 juta yang berkuliah. Masih ada 4 juta anak yang belum tersentuh pendidikan tinggi. Inilah ‘blue ocean’ yang harus kita garap bersama." Pernyataan ini disampaikan Najib dalam forum diskusi "Urun Rembuk Pimpinan PTS" di Jakarta, Senin, menggarisbawahi urgensi dan skala tantangan yang ada.

Najib dengan tegas menolak narasi persaingan yang "berdarah-darah" atau "red ocean" antara sesama PTN, sesama PTS, maupun antara PTS dan PTN. Ia menyerukan sebuah paradigma baru, di mana kampus-kampus harus bergerak ke "tengah laut" untuk menemukan "blue ocean" – yaitu jutaan anak bangsa yang memiliki aspirasi untuk kuliah namun terbentur berbagai keterbatasan. "Kita tidak perlu menciptakan persaingan yang destruktif. Sebaliknya, mari kita bersama-sama mencari cara untuk menarik mereka yang sebenarnya ingin kuliah, namun terkendala. Jumlah mereka masih sangat besar, dan ini adalah tanggung jawab kolektif kita," ujarnya, menyerukan semangat gotong royong dan inklusivitas.

Related Post
Untuk mewujudkan visi kolaborasi ini, Kemdiktisaintek menawarkan beberapa skema konkret. Salah satunya adalah program gelar ganda (double degree) yang memungkinkan mahasiswa mendapatkan ijazah dari PTS dan PTN sekaligus. Opsi lain adalah program akselerasi jalur cepat (fast track) S1+S2 yang dapat ditempuh dalam waktu lima tahun. "Jika S1-nya di PTS dan S2-nya di PTN, kedua belah pihak akan sama-sama mendapatkan mahasiswa," jelas Najib, menyoroti keuntungan mutual. Lebih jauh, kolaborasi ini juga berfungsi sebagai katalisator peningkatan kualitas PTS. "Ketika kita membuat program fast track PTS dengan PTN, secara otomatis PTN akan memastikan kualitas di PTS tersebut setara, sehingga layak untuk masuk ke PTN-nya. Ini menciptakan proses pembelajaran dan peningkatan mutu bersama," paparnya.
Selain itu, kerja sama juga dapat diperluas melalui program pertukaran mahasiswa atau dosen ke perguruan tinggi negeri dengan kualitas yang lebih unggul. "Anak-anak yang kuliah di kampus berbeda akan mendapatkan lingkungan, pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan pertemanan yang berbeda. Ini akan sangat memperkaya mereka," kata Najib, menekankan nilai tambah holistik dari pengalaman lintas kampus. Kolaborasi riset antara PTS dan PTN juga menjadi area potensial untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
Beberapa PTS telah menunjukkan inisiatif nyata dalam mengimplementasikan program kolaborasi ini. Contohnya adalah Universitas Tazkia yang menjalin kerja sama dengan IPB University, serta Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan Institut Teknologi Bandung. Keduanya berhasil menyelenggarakan program jalur cepat S1+S2 dalam durasi lima tahun. "Esensinya bukan sekadar promosi ke mahasiswa, tapi bagaimana meningkatkan kualitas bersama. PTS-PTS akan ikut terangkat karena harus menyesuaikan kurikulum dan pembelajarannya agar eligible untuk masuk ke ITB. Ini adalah contoh nyata, dan kami berharap model ini bisa diperbanyak di seluruh Indonesia," pungkas Mukhamad Najib, optimistis terhadap masa depan pendidikan tinggi yang lebih merata dan berkualitas.










Tinggalkan komentar