Mendikbud Nadiem Makarim melakukan Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, Kamis, (18/3).
Jakarta–Politicanews: Dihadapan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengungkapkan sisi negatif akibat peserta didik terlalu lama belajar secara online.
“Sudah satu tahun, terlalu lama anak-anak kita tidak sekolah. Ini dampaknya real dan permanen,” kata Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, Kamis (18/3).
Dampak pertama, kata dia, ialah persepsi orang tua yang tidak melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar.
Menurutnya, ada banyak orang tua siswa yang merasa tak ada gunanya membayar uang SPP jika tanpa sekolah tatap muka.
“Itu dampaknya bisa permanen karena anak-anaknya bisa ditarik dari sekolah,” ujar Mendikbud.
Dampak berikutnya, terjadi penurunan capaian belajar. Meskipun hal ini disebutnya bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
Hanyak saja, karena perbedaan akses dan kualitas pendidikan menyebabkan Indonesia mengalami kesenjangan yang lebih lebar dibanding negara-negara lain.
Oleh sebab itu, menurut Nadiem, ‘learning loss’ yang sifatnya permanen ini bakal terus berkembang apabila tidak segera dimulai pembelajaran tatap muka secara terbatas.
Sisi negatif lain, adalah munculnya berbagai isu sosial seperti kekerasan domestik terhadap anak serta pernikahan dini.
Nadiem mengatakan pembelajaran jarak jauh membawa beban lebih besar bagi perempuan. Misalnya, terhadap ibu-ibu yang punya pekerjaan dan harus bekerja di luar.
“Semuanya terhambat karena mereka harus menjaga anak,” ujar Nadiem.
Untuk mengatasi itu semua, Kemendikbud telah mengizinkan pemerintah daerah membuka pembelajaran tatap muka secara terbatas.
Vaksinasi Covid-19 untuk para guru yang ditargetkan rampung pada Juni 2021 nanti juga memperbesar harapan pendidikan tatap muka segera dimulai. Target Kemendikbud, seluruh sekolah sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka terbatas mulai tahun ajaran baru pada bulan Juli 2021 nanti. (it)