Kades Termuda dan Tercantik Ini Ajak Membangun Bangsa dari Desa

Kepala Desa Bombanon, Kecamatan Lolayan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Gita Ratnasari Tuuk saat diterima Wakil Menteri Desa, Penanggulangan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi di Jakarta

JAKARTA–Politicanews: Membangun bangsa tidak selalu harus dilakukan dengan langkah-langkah berskala besar. Justru, dengan langkah-langkah kecil, bersifat lokal, tapi konkret dan konsisten, kemajuan sebuah bangsa dapat diwujudkan.

Itulah yang dilakukan Gita Ratnasari Tuuk, perempuan milenial yang saat ini menjabat Kepala Desa Bombanon, Kecamatan Lolayan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.

Usianya masih sangat belia, 26 tahun, cerdas dan cantik, tapi ia lebih memilih berkeringat di desa yang jauh dari kemewahan kota, ketimbang harus mengejar karir di kota besar.

Gita pun sempat dinobatkan netizen sebagai kepala desa perempuan termuda dan tercantik di Indonesia, fotonya berpakaian dinas sempat tersebar di media sosial.

Bagi Gita, sebagai milenial ia justru terdorong untuk mengabdikan diri di desa, ia juga mengajak milenial lain untuk berperan serta dalam pembangunan nasional, dimulai dengan membangun desa.

Sebab itu, sebagai Kepala Desa sejak setahun lalu, Gita mengajak anak-anak muda di desanya untuk secara aktif terlibat dalam pembangunan desanya. Mengajak para pemuda dan pemudi untuk menggali potensi desa, agar mereka tidak perlu jauh-jauh pergi ke daerah lain atau ke kota.

“Saya menyarankan kepada anak-anak muda di mana pun berada agar terlibat aktif dalam pembangunan di daerah masing-masing,” kata Gita saat bertandang ke kantor Politicanews.id di Jakarta.

“Dan, yang pasti kita bisa mulai dari desa,” tandasnya.

Di Desa Bombanon, Bolaang Mongondow, yang 85 persen masyarakatnya berprofesi sebagai petani, baik padi, jagung, kakao, cengkeh, hingga kelapa, Gita mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran mudanya yang segar.

Ia mengadopsi teknologi, khususnya teknologi informasi, ciri khas kaum milenial, untuk membantu memperbaiki pelayanan masyarakat di desanya.

Salah satu program unggulan yang bakal segera ia wujudkan adalah ‘Digitalisasi Desa’ salah satunya dengan memberi akses wifi gratis kepada warga desa.

“Dengan jaringan internet gratis masyarakat dapat mengakses berbagai macam informasi lewat medsos dan lain-lain. Selain itu, anak-anak juga sekarang masih belajar di rumah karena pandemi. Tentu mereka membutuhkan akses internet,” kata Gita.

Program lainnya yaitu revitalisasi BUMDES. Ke depan ia berharap badan usaha milik desa ini bisa menjadi motor penggerak perekonomian desa, tentu saja juga harus melibatkan anak-anak muda milenial.

Gita memiliki mimpi membangun desa berlandaskan gotong-royong, mewujudkan desa yang mandiri, sejahtera dan berdaya saing. Secara rinci, mimpi itu ia jabarkan dalam sembilan program prioritas:

Pertama, mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang demokratis berlandaskan musyawarah mufakat.

Kedua, mengedepankan transparansi pada setiap kebijakan strategis dengan meningkatkan profesionalitas dan kapabilitas perangkat desa.

Ketiga, membangun sumber daya manusia generasi muda berkualitas dengan menciptakan sistem pendidikan non formal yang dapat diakses semua pihak.

Keempat, menjaga budaya toleransi umat beragama serta menciptakan hubungan masyarakat yang harmonis dan berkemajemukan.

Kelima, meningkatkan stabilitas keamanan desa.

Keenam, menyederhanakan dan memberikan pelayan publik kepada masyarakat desa berbasis komputerisasi, serta pemberian akses internet gratis untuk masyarakat desa.

Ketujuh, mewujudkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa.

Kedelapan, memaksimalkan fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan serta sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat desa.

Kesembilan, membangun sarana dan prasarana untuk memaksimalkan hasil pertanian dan perkebunan sebagai mata pencaharian utama desa Bombanon.

Khusus poin kesembilan, fokus Gita adalah pemberdayaan petani dengan penyediaan bibit dan alsintan agar masyarakat desa bisa meningkatkan produksi hasil pertanian. Minimal untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri, bagus kalau bisa menjual ke pihak luar.

“Itulah esensi dari ketahanan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan masyarakat desa, menurut saya,” kata Gita.

Desa Bombanon merupakan sebuah desa kecil namun berpenduduk padat di wilayah Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara.

Seperti pada umumnya desa-desa lain, Bombanon juga memiliki pemandangan khas desa yang menakjubkan dengan hamparan sawah dan beragam pepohonannya yang sejuk dan asri (it)

Tinggalkan Balasan