Jakarta–Politicanews: Ada saja kejadian menarik dari perhelatan kelas dunia seperti Olimpiade Tokyo 2020 yang kini tengah berlangsung. Kali ini, kejadian itu menimpa Walikota Nagoya Takashi Kawamura.
Pada Kamis (5/8) Kawamura dikecam oleh netizen dan ditegur pihak Toyota Motor Corp karena menggigit medali emas Olimpiade.
Kawamura memasukkan medali emas itu ke mulutnya dalam sebuah acara yang ditujukan merayakan kemenangan pitcher sofbol, Miu Goto.
Dalam insiden itu, Kawamura melepas maskernya lalu menggigit medali emas yang diraih Goto. Saat itu dia berdiri di depan background yang biasanya digunakan untuk konferensi pers terkait pencegahan Covid-19. Di tempat itu, pemerintah daerah Nagoya mengkampanyekan kepada orang-orang untuk rajin mencuci tangan dan menjaga jarak.
Sejumlah postingan trending di Twitter, menyebutkan bahwa Kawamura telah mengubah medali emas milik Goto menjadi ‘medali kuman’.
Bahkan, ada pula netizen yang menyarankan agar Goto mencari medali pengganti yang telah diraihnya dalam Olimpiade Tokyo 2020 saat membela Jepang itu.
Menggigit medali emas adalah hal yang biasa dilakukan para atlet Olimpiade Tokyo 2020. Kelakuan para atlet Olimpiade itu bahkan memicu cuitan lucu dari akun resmi Tokyo2020 yang menyatakan, “medali tak bisa dimakan”.
Namun, tidak untuk orang lain seperti yang dilakukan Walikota Kawamura. Tindakannya itu kemudian memicu kritik dari produsen otomotif terbesar di dunia yang berbasis di Jepang itu, Toyota.
“Sangat disayangkan dia tak bisa merasakan kekaguman dan rasa hormat kepada sang atlet,” kata pihak Toyota terkait kelakuan Kawamura.
“Dan sangat disesalkan dia tidak mau memikirkan pencegahan infeksi,” lanjutnya sebagaimana dikutip Reuters.
Menurut keterangan seorang pejabat di balai kota Nagoya, Kawamura masih belum mengeluarkan tanggapan atas kritik Toyota.
Toyota merupakan pemilik tim sofbol Red Terriers yang diperkuat Goto, dan menguasai perekonomian wilayah Jepang tengah di mana Nagoya berada.
Oleh publik Jepang tindakan Kawamura tersebut dianggap mengabaikan etika tentang Covid-19 di Jepang, ketika mengenakan masker sudah menjadi kebiasaan bahkan selama musim panas sekalipun. Disayangkan lagi, pelanggaran etika itu terjadi saat kasus Covid-19 di Jepang tengah melonjak akibat menyebarnya varian Delta yang lebih menular. (it)